Press ← and → on your keyboard to move between
letters
Senin, 21 September 2020 18.00 WIB
Suara adzan yang terdengar jauh berbeda, aku memandang cermin di depanku. Kabut kesedihan menutup mata ku dan membawaku ke masa lalu. Masa di mana aku masih bersama kakak perempuanku, ibu, mbah uty, mbah wik. Seluruh suka cita yang terdengar, denting alat makan saat malam, suasana harmoni nan sunyi diluaran sana. Tiap malam menunggu dengan sabar didepan televisi tabung yang menampilkan film luar dengan subtitle yang bahkan saat itu aku terlalu muda untuk membaca secepat itu. Setiap detik saat itu menjadi memori saat ini.
Ibu masuk dengan hujan gemuruh diatas kepalanya, kutanya ada apa dengan rintik air ini ?? Ibuku bilang mbah wik struk. Aku bingung akan menanggapi apa, bahkan setitik air mata ini tak bisa keluar. Aku terus memandang diriku,, ada apa denganku?? Apa aku tak bisa merasakan emosi lagi ?? Baru Kamis 17 sept 2020 kemarin ayah ku diputuskan harus pergi ke wisma atlit. Aku mengantarnya berusaha tegar seperti karang. Tetesan air mata ini kusembunyikan dibalik kaca helm yang menutup mukaku. Besoknya ibuku bercerita, bude tari melarang ibuku untuk bercerita pada mbah uty tentang bapa. Betapa terhores hati kecil ku ini. Tapi aku berusaha tegar, setegar yang kubisa. Setahun yang lalu tepat saat hulan ramadhan mbah kakung telah berpulang meninggalkan kami. Beberapa waktu yang lalu mbah tawil pun pamit pergi. Keluarga kami sedang diuji. Aku tahu aku harus kuat. KAMU KUAT DAN KITA KUAT !!!! SEMANGAT !!!!!
Sign in to FutureMe
or use your email address
Create an account
or use your email address
FutureMe uses cookies, read how
Share this FutureMe letter
Copy the link to your clipboard:
Or share directly via social media:
Why is this inappropriate?