A letter from September 5th, 2020

Dear FutureMe, Hai, gimana kabarmu hari ini? Masih suka tanaman? Sudah ngeraih mimpi kita jadi pebisnis tanaman hias? Atau jadi guru memanfaatkan ijazah S1 kita? Atau,,, sudah menyerah akan hidup? Hai kamu, Gimana? Sudah berhasil sembuh dari ketakutanmu akan pria? Sudah sembuh dari mimpi buruk itu? Sudah bisa berhenti menyalahkan diri sendiri dan menerimanya? Sudah bisa memaafkan laki-laki? Aku harap sudah karena jujur aku lelah dan aku harap bisa segera memulainya dari nol lagi. Hei kamu, Apa kamu masih sering berpikiran resign dari kehidupan? Apa kamu masih merasa kosong di hatimu? Aku harap kamu udah bisa mengisi hatimu ya karena aku juga ingin memulainya namun masih tak tahu mau gimana caranya karena ketakutanku akan mereka masih sangat besar. Hei kamu, Apa sekarang kamu sudah menikah? Jika iya apakah kamu menceritakan kejadian yang menimpa kita di awal SMP dan awal SMA itu padanya? Bagaimana reaksinya? Apa ia menerimamu? Atau menganggapmu hina seperti kita menganggap diri kita sendiri kotor setelah hari itu? Hei kamu, Apa laki-laki masih menjadi makhluk menjijikan dimasamu? Yang isi otaknya hanya dada dan selangkangan? Jika iya aku berharap aku tak perlu melihatnya. Mungkin aku tak akan melihatnya karena jujur aku lelah dihantui mimpi buruk ini dan berharap semuanya segera berakhir. Setiap malam selalu dihantui rasa jijik pada laki-laki dan juga pada diri sendiri. Setiap malam harus memimpikan hal yang mengerikan itu tanpa bisa bercerita pada siapapun. Tidak pada papah, tidak pada mamah, mbak, atau adek-adek. Sebenarnya tanpa aku cerita mengenai mimpi itu kamu pasti tau karena kamu adalah aku kan? Kamu juga pasti tahu bagaimana aku ingin mati saat ini karena nggak sanggup pura-pura baik-baik saja meskipun sebenarnya nggak ada yang baik-baik saja. Nggak ada yang baik-baik saja di hidup kita. Nggak ada. Jadi kalo suatu saat aku nyerah, aku harap kamu bisa menerimanya ya? Karena kamu kan aku.