Press ← and → on your keyboard to move between
letters
Halo kak.
Emm, apa kabar?
Masih hidup kan?
.....
.....
Sejujurnya, aku nggak yakin kamu masih ada atau nggak. Aku.... selalu takut akan banyak hal. Aku nggak ada niatan apapun lagi.
Keinginan? Ada kok, tapi ya gitu... keinginanku yang lain nggak sekuat itu sampe bisa nahan keinginan ku buat ngebunuh kamu, ngilangin keberadaan kamu, kamu, aku masa depan.
Kalau kamu masih hidup.... gimana rasanya? Maaf ya kalau semuanya masih sama atau memburuk.... aku bener bener minta maaf. Tapi, kalau seandainya kamu berhasil menemukan keinginan yang sangat kamu inginkan itu, keinginan yang benar-benar muncul dari diri kamu sendiri.... selamat ya. Aku nggak peduli mau mimpi itu bukan mimpi ku atau mimpi kita atau apa.... yang penting kamu, aku masa depan, bisa menerima dan ngejalani itu.
Aku tau, aku sekarang, kamu yang aku masa depan, atau dia yang aku masa lalu, 80% benci satu sama lain.
Aku tau.
Aku yang tidak bisa melihat apapun, menangis di depan mu, yang selalu diam, menatap ku, mengamati ku. Sekali-kali kamu akan menepuk kepala atau bahu ku dengan pelan. Seolah mengatakan kepada ku, bahwa kamu masih disini, di depan ku, jadi jangan takut.
Tapi, tahukah kamu? Akhir akhir ini, aku tidak merasakan kehadiranmu sama sekali.
Ah, kamu tidak mengerti?
Aku 'tidak bisa' merasakan kehadiran 'mu' 'sama sekali'.
Aku sudah memutuskan untuk kesekian kalinya.
Setelah kakak selesai utbk, aku akan pergi.
Kamu mungkin ingat. Mimpi mimpi dan pola pikir ku yang tidak "normal".
Kamu mungkin ingat. Setiap aku berusaha untuk "normal". Setiap aku berusaha memaksakan segitiga ku menjadi lingkaran, hanya untuk diterima. Diterima di struktur masyarakat. Yang aku tidak pernah inginkan.
Aku capek.
Dada ku sesak. Sakit.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku.
Di tahun ini. Mulai tahun ini.
Pertahanan ku mulai melemah. Aku mulai menangis di sekolah. Baik diketahui, ataupun tidak diketahui. Aku bersyukur akhir akhir ini kelas kami dipindahkan ke gedung A. Dengan begitu (dan anehnya) penempatan tempat duduk kami berubah lagi. Aku duduk di bangku paling belakang. Paling ujung. Paling dekat jendela. Sama seperti aku masa lalu. Haha. Lucu. Banyak orang bilang bangku itu adalah bangku tokoh utama. Tapi bagi ku. Bangku itu sangat cocok untuk anak anak seperti ku. Pendiam. Aneh. Tidak terlalu akrab dengan yang lain. Cuek. Egois. Telmi. Beban. Dan mungkin.... ansos. Tanpa mereka sadari, sesekali air mata ku jatuh ditengah pelajaran. Dengan pikiran yang sangat ruyam. Aku berusaha untuk menahan air mata itu jatuh lebih banyak. Sambil "berpura pura" menyimak penjelasan guru, sesekali aku akan mengusap air mata sialan itu. Dengan berpura pura mengantuk, menirukan gaya pusing, melakukan gerakan random, dll.
Teman teman sekolah ku itu yaaa, normal, kamu ingatkan? Mereka baik, pintar, ambis, dll. Aku juga percaya kok, mereka semua sebenernya nggak senormal itu. Mereka semua juga berusaha. Hanya saja, maaf, seperti yang kamu tau, aku bukan pejuang. Aku nggak kuat. Aku nggak punya alasan hidup lagi. Alasan itu satu persatu lenyap setiap aku berusaha untuk "normal".
Kamu ingatkan? Buku buku yang aku baca karena keinginan ku? Awalnya, ketika aku tunjukkan ilmu dan pola pikiran ku, semua orang terkagum kagum dengan kepintaranku. Semuanya bangga. Tapi ketika mereka sadar bahwa aku tidak memiliki niatan untuk menjadi normal seperti mereka, mereka semua mengatakan bahwa aku salah. Aku tidak boleh seperti itu. Apa yang aku pikirkan itu salah, salah, dan salah!. Apalagi ketika mereka tau bahwa nilai sekolah ku turun. Mereka semua bertanya tanya, "apa yang salah?" Dan mulai mengatakan sepertinya buku buku dan internet itu yang telah mengubah ku!. Mereka mulai mengatakan bahwa aku telah berubah. Aku masa lalu lebih ceria dan stabil. AH, PERSETANAN! seandainya mereka tau. Seandainya mereka tau. Perbedaan aku sekarang dan aku masa lalu hanyalah kaca aku sekarang yang sudah mulai retak. Semua bau, kotoran, racun yang selalu aku sembunyikan dan terjebak bersama ku di kaca itu, sudah mulai keluar, mengganggu hidup mereka.
Ah, memang lebih baik aku dimatikan saja.
Memang lebih baik aku berenti hidup saja.
Dengan begitu, aku tidak akan mengganggu hidup mereka. Merasakan sesak ini lagi.
Aku benar benar benci ketika buku bukuku yang selalu berusaha memberikan ku alasan alasan hidup, yang walau pada akhirnya selalu aku abaikan, tiba tiba dikatakan dan dicap sebagai buku yang salah, buku buku yang hanya memberikan hal negatif kepada ku. Aku tidak mengerti. Membacanya saja tidak pernah, apa yang membuat orang orang itu langsung seenak jidat mengatakan buku ku salah? Aku tidak pernah membeli buku terlarang. Ah lebih tepatnya belum. Buku buku yang aku baca itu sudah pasti layak edar, sudah pasti tidak ada yang salah di buku itu. Aku benar benar kecewa. Aku benci, aku sampai mengatakan bahwa aku akan berusaha "normal". Persetanan, aku nggak peduli lagi. Aku tidak akan pernah membuka botol ku lagi. Karena aku juga tau, bau busuk dan racun yang ada di botol ku itu sangat mengganggu kalian. Suatu hal yang, tidak akan pernah kalian terima.
Maaf, aku lupa kalau surat ini untuk mu. Aku benar benar minta maaf. Intinya, semoga kamu tidak pernah ada, aku benar benar mengharapkan kelenyapan mu. Dengan begitu aku akan percaya, bahwa semua ini akan selesai. Kamu tau? Mereka semua itu baik, hanya saja aku dan mereka itu garis yang berbeda, tidak akan pernah bisa searah.
Dari aku sekarang yang akan menjadi aku masa lalu.
Salam hangat dari ninja. Terimakasih. Maaf.
Epilogue
about 7 hours laterDear diriku yang lalu.
Omedetou gozaimasu!!!
Hehe, i know. You did hate me. And...
This user has written an update to this letter.To see what they wrote, please
Sign in to FutureMe
or use your email address
Create an account
or use your email address
FutureMe uses cookies.
Learn how we use cookies to improve your experience by reviewing our Terms of Service
Share this FutureMe letter
Copy the link to your clipboard:
Or share directly via social media:
Why is this inappropriate?